Musim gugur
Masih ingat salah satu lagu karangan AT Mahmud yang berjudul pelangi?
Pelangi pelangi
alangkah indahmu
merah kuning hijau
di langit yang biru
pelukis mu Agung
siapa gerangan
pelangi pelangi ciptaan Tuhan
Ingin rasanya mendengar lagu-lagu yang ramah untuk anak-anak seperti itu di masa kini. Yah, tapi mungkin lagu-lagu anak-anak kurang laku di pasaran. Musisi kan juga butuh makan. Kalau buat lagu anak-anak terus, studio enggan ngerekam, pembeli tidak ada, kalaupun laku dalam sekejap tersebar bajakannya. Mungkin hanya khayalan, tapi setidaknya ayo berusaha, kalau tidak bisa membuat karyanya, setidaknya beli yang asli, hormati para pengrajin.
Kembali ke lagu pelangi... Lagu itu sejenak terngiang dan saat melihat keluar kelas, warna-warna itu muncul. Merah kuning hijau, dan langit yang biru. Bukan, ini bukan pelangi, tapi warna musim gugur. Mulai sekitar minggu lalu, minggu kedua bulan Oktober tahun ini, pohon-pohon mulai merubah warna daunnya. Merah dan kuning dapat terlihat dimana-mana. Sepertinya hanya sebagian pohon dengan daun berukuran kecil yang tetap mempertahankan warna hijaunya.
Orang sini pastinya sudah terbiasa dengan perubahan demikian. Namun bagi yang berasal dari negara tropis tanpa musim gugur, warna seperti ini cukup menarik. Merah yang terang, bersamaan dengan latar belakang pohon-pohon yang masih hijau, ditambah angin langit yang terlihat mendung ― langit rasanya seperti televisi yang contrastnya diturunkan sedemikian rendah ― dan juga suhu yang mulai mendingin.

![]() |
di sebelah jalan raya di dekat Asahikawa Kousen |
![]() |
pemandangan dari jendela kamar |
Untungnya pemanas sudah mulai dinyalakan. Kalau tidak... suhu dalam kamar bisa turun sampai 16 C. Bagi yang belum terbiasa, itu cukup dingin. Dingin. Banget.
Semoga aja masih bisa bertahan hidup sampai musim semi tahun depan hahaha... Doakan aku ya
Komentar
Posting Komentar