Kebun Binatang
Seingatku dulu waktu SD pernah beberapa kali ke kebun binatang. Apa yang kupikirkan saat itu? Sudah lama sekali. Dulu sempat juga berkuliah di ITB (walau tidak lulus) yang lokasinya di dekat kebun binatang Bandung. Saat dapat kesempatan belajar di Jepang, nasib membawaku sekolah bahasa di Tokyo lalu dilanjutkan di Asahikawa, yang mempunyai kebun binatang terbesar dan kedua terbesar di Jepang.
Bersama teman-teman Indonesia mengunjungi kebun binatang Tokyo yang berada di Ueno kalau tidak salah dilanjutkan ke pasar ikan. Rasanya biasa saja, kurang ada yang bisa diingat waktu jalan-jalan kali itu.
Asahikawa dengan kebun binatang Asahiyamanya terkenal dengan pertunjukan parade pinguin yang diadakan di musim dingin. Walaupun aku sudah tau kalau kebun binatang Asahiyama adalah tempat terkenal bahkan saat masih di Tokyo, selama 3 tahun aku di sana, tidak ada keinginan untuk pergi. Mungkin karena tempatnya yang cukup jauh dari sekolah dan saat itu yang aku pikirkan kalau ingin pergi adalah apa yang bisa aku makan, dan apakah aku bisa salat di tempat tujuan. Dan di Asahiyama bisa minta tempat untuk salat! Tapi tetap saja malas kalau pergi sendiri, karena bisa jadi ada hal menarik saat perjalanan dan tidak ada siapapun untuk berbagi, bisa juga tidak ada yang menarik dan tidak ada siapapun untuk mengobrol.
Karena alasan-alasan itu, aku pikir tidak akan pernah mengunjungi tempat itu. Tapi pada hari-hari terakhir aku di Hokkaido, aku dan 6 temanku pergi jalan-jalan kelulusan (istilahnya di bahasa Jepang sotsugyou ryokou, 卒業旅行). Kami menyewa mobil, pergi ke Nikki Yoichi tempat penyulingan wiski, menginap di hotel dan berendam air panas, ke kanal otaru untuk melihat-lihat kerajinan gelas, di hari terakhir temanku bertanya "mau kemana lagi?" dan langsung kujawab "ke Asahiyama!" Teman yang lain diam saja dan kami anggap mereka setuju.
Seingatku itu tanggal 15 Maret 2018, kami wisuda tanggal 16 dan di makan-makan setelah wisuda tidak disediakan minuman beralkohol karena teman sekelasku ada yang baru menginjak 20 tahun tanggal 17. Tidak sampai menyelimuti, tapi salju masih sangat banyak berceceran kemanapun kami pergi. Kami sampai sekitar jam setengah 3 sementara kebun binatangnya tutup setengah 4 karena jam setengah 6 sudah malam. Untungnya kami sempat melihat parade pinguin terakhir, lalu berlari-lari melihat kandang hewan-hewan lain. Pengalaman yang menyenangkan. Bukan karena tempatnya, tapi karena ada yang bersama menikmatinya.
Sampai sekarang aku pikir kalau kebun binatang juga akuarium itu seperti penjara. Binatang-binatang yang ada di dalamnya terkurung di suatu tempat sampai mereka mati. Binatang yang lahir di dalam tidak sempat menikmati dunia luar. Seluas-luasnya kandang, tetap saja tidak ada yang bisa dijelajahi. Mata mereka yang ada di dalam selalu terlihat mengantukdan tidak peduli. Mungkin ada beberapa tempat yang pada akhirnya melepaskan binatangnya (atau tempat-tempat itu lebih tepat disebut penangkaran ya?).
Sekian waktu setelahnya, aku membandingkan dengan manusia, yang terperangkap dengan pekerjaannya. Rumah, mobil, kantor, berulang setiap hari, hanya diselingi libur. Setelah itu aku merasa sama saja, apakah itu manusia, atau binatang.
Sejauh yang kutau, binatang-binatang itu juga dapat waktu istirahat (misal sehari hanya 4 jam dipertontonkan, sisanya mereka di dalam). Tapi apakah mereka dapat libur, dan pastinya kalaupun iya, mereka tidak keluar dari kebun binatang lalu nyari hotel. Juga apakah manusia juga dilepaskan dari penangkaran?
Komentar
Posting Komentar